Nama :
Haifah Fauziah
NIM : 126738
BAHTRA
2012/C
Teks, Konteks dan Koteks
Ø Teks
Teks adalah bahasa yang berfungsi, maksudnya adalah bahasa yang sedang
melaksanakan tugas tertentu (menyampaikan pesan atau informasi) dalam konteks situasi,
berlainan dengan kata-kata atau kalimat-kalimat lepas yang mungkin dituliskan
di papan tulis. Bentuknya bisa percakapan dan tulisan (bentuk-bentuk yang kita
gunakan untuk menyatakan apa saja yang kita pikirkan). Hal penting mengenai
sifat teks ialah bahwa meskipun teks itu bila kita tuliskan tampak seakan-akan
terdiri dari kata-kata dan kalimat, namun sesungguhnya terdiri dari
makna-makna.Memang makna-makna atau maksud yang ingin kita sampaikan kepada
orang lain haruslah dikodekan dalm tuturan lisan atau kalimat-kalimat supaya
dapat dikomunikasikan.
Teks merupakan produk, dalam arti bahwa teks itu merupakan keluaran (output) ;
sesuatu yang dapat direkam atau dipelajari (berwujud). Teks juga merupakan
proses, dalam arti merupakan proses pemilihan makna yang terus-menerus,
maksudnya ketika kita menerima atau memberi informasi dalam bentuk teks (lisan
atau tulis) maka tentunya di dalam otak kita terjadi proses pemahaman
(pemilihan makna) terhadap informasi tersebut, jangan sampai terjadi
kesalahpahaman. Adapun kriteria teks sebagai berikut:
Kriteria
yang bersifat internal teks:
1.
Kohesi: kesatuan makna
Contohnya:
kohesi gramatikal: konjungsi temporal ”lalu”
Sudahlah.. Lebih
baik interospeksi.. Mengapa akhirnya kau selalu kalah..? Kesombongan tidak akan
membuatmu menang. Lebih baik menyibukkan diri beribadah daripada ke sana kemari
mengadu domba aku pada semua teman-teman baikku, lalu menebar fitnah,
dan kembali berusaha menghancurkan
hidupku.
2.
Koherensi: kepaduan kalimat (keterkaitan antarkalimat)
Contohnya: ada
hubungan alasan-sebab
Aku tidak ingin bicara apa-apa lagi. Sudah cukup aku mengangkat
derajatmu.
Aku juga manusia biasa yang punya batas kekuatan. Cukuplah janji seindah
syurga, penghianatan, kepalsuan, kata-kata keji dan fitnahmu kerap melukaiku Aku
tidak ingin mengotori jiwa, hati, kata-kata dan perbuatanku karena meladeni
ulahmu.
Kriteria
yang bersifat eksternal teks:
1.
Intertekstualitas: setiap teks saling berkaitan secara sinkronis atau diakronis
2.
Intensionalitas: cara-cara atau usaha-usaha untuk menyampaikan maksud atau
pesan pembicaraan melalui sikap bicara, intonasi, dan ekspresi wajah.
Intensionalitas berkaitan dengan akseptabilitas (penerimaan informasi).
3.
Informativitas: kuantitas dan kualitas informasi
4.
Situasionalitas: situasi tuturan
Ø Konteks
Konteks adalah sesuatu yang menyertai atau yang bersama teks. Secara garis besar,
konteks wacana dibedakan atas dua kategori, yakni konteks linguistik dan
konteks ekstralinguistik. Konteks linguistik adalah konteks yang berupa
unsur-unsur bahasa. Konteks linguistik itu mencakup penyebutan kata depan, kata
sifat, kata kerja, kata kerja bantu, dan proposisi positif. Konteks
ekstralinguistik adalah konteks yang bukan berupa unsur-unsur bahasa. Konteks
ekstralinguistik itu mencakup praanggapan, partisipan, topik atau kerangka
topik, latar, saluran, dan kode. Partisipan adalah pelaku atau orang yang
berpartisipasi dalam peristiwa komunikasi berbahasa. Partisipan mencakup
penutur, mitra tutur. dan pendengar. Latar adalah tempat dan waktu serta
peristiwa beradanya komunikasi. Saluran adalah ragam bahasa dan sarana yang
digunakan dalam penggunaan wacana. Kode adalah bahasa atau dialek yang
digunakan dalam wacana. Halliday dan Hasan (1992: 14) menandai konteks bahasa /
koteks itu sebagai konteks internal wacana (internal discourse context)
sedangkan segala sesuatu yang melingkupi wacana, baik konteks situasi maupun
konteks budaya sebagai konteks eksternal wacana(external discourse contex).
Senada dengan uraian di atas, Saragih dalam Persfektif LFS (2006: 4), juga
memaparkan bahwa konteks merupakan wahana terbentuknya teks. Tidak ada teks tanpa
konteks. Konteks mengacu pada segala sesuatu yang mendampingi teks.
Menurut Kridalaksana, konteks merupakan ciri-ciri alam di luar bahasa;
lingkungan/ situasi tuturan berlangsung yang menumbuhkan makna pada ujaran;
lingkungan nonlinguistik dari wacana. Menurut Moelyono dan Soenjono, konteks
wacana dibentuk oleh berbagai unsur, seperti situasi, pembicara, pendengar,
waktu, tempat, adegan, topik, peristiwa, bentuk, amanat, dan kode. Unsur-unsur
itu berhubungan pula dengan unsur-unsur yang terdapat dalam setiap komunikasi
bahasa, antara lain:
1.
Latar : tempat dan waktu terjadinya percakapan
2.
Peserta : peserta percakapan yakni pembicara (penyapa) dan pendengar (pesapa)
3.
Hasil : hasil dan tujuan percakapan
4.
Amanat: bentuk dan isi amanat
5.
Cara : cara percakapan dilakukan, dengan semangat, santai atau tergesa-gesa
6.
Sarana : penggunaan bahasa lisan atau tulis; variasi bahasa yang digunakan
7.
Norma : perilaku peserta percakapan
8.
Jenis : mengacu pada kategori seperti sajak, teka-teki, kuliah, dan doa
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa konteks adalah segala sesuatu yang
melingkupi teks. Teks dan konteks merupakan sesuatu yang selalu berkaitan dan
tidak dapat dipisahkan. Makna yang terealisasi dalam teks merupakan hasil
interaksi pemakai bahasa dengan konteksnya, sehingga konteks merupakan wahana
terbentuknya teks.
Seorang yg bijak mbr komen yg sangat sugestif di
Status ku : " Allah tak pernah tidur, yang hitam dan yang putih pasti
Allah tunjukkan." La haula Walaa Quwata ilaa bilaahi ....
Yang hitam dan putih nampak jelas. Akun dan wallku selalu terbuka bagi siapapun untuk membaca dan memberi komentar meski belum berteman. Sedang aku tidak bisa melihat akun FB Endel Wise dan segala sepak terjangnya. Mengajukan pertemanan dengan teman-temanku bukan tulus namun untuk menyebar surat laporan dari Polda ke 77 orang temanku. Juga mendatangi rumah-rumah temanku samapai yang berada di luar kota mengancam dengan bukti yang tak ubahnya surat laporan hilang KTP, tidak punya kekuatan apapun! Karena aku sudah mendatangi Polda.
Dari
percakapan di atas, konteks dapat dilihat dari beberapa unsur yang terdapat
dalam setiap komunikasi bahasa, antara lain:
1.
Latar : tempat di facebook/ dunia maya,waktu: 8 desember 2012
2.
Peserta : Sang embun pangeran sejati dan endel wife
3.
Hasil : terjadi perselisihan di antara keduanya, karena adanya masalah keluarga
yang dibawa-bawa di dunia maya dan saling berkomentar dalam facebook baik antar
status maupun antar komentar dari sebuah status.
4.
Amanat: permasalahan itu pasti ada solusinya, dan siapapun yang benar ataupun
yang salah, tanpa di suarakanpun, hitam dan putihnya pasti akan terlihat juga.
5.
Cara : cara percakapan dilakukan dengan adanya emosi diantara keduanya.
6.
Sarana :menggunakan bahasa tulis
7.
Norma : sebenarnya kurang sopan, karena masalah keluarga di lanjutkan di dunia
maya. Seharusnya dilihat dan dipandang kurang pantas, apalagi jika saling
mencaci maki ( di status lain).
8.
Jenis : mengacu pada kategori seperti percakapan biasa dengan sedikit bersajak.
Ø Koteks
Adapun koteks adalah teks yang berhubungan dengan sebuah teks yang lain. Koteks dapat pula berupa unsur teks dalam sebuah teks. Wujud koteks bermacam-macam, dapat berupa kalimat, paragraf, dan bahkan wacana. Koteks adalah semua unsur kebahasaan atau linguistik yang berperanan dalam menentukan makna sebuah wacana. Peranan koteks dalan sebuah wacana adalah mendukung atau memperjelas makna.
Adapun koteks adalah teks yang berhubungan dengan sebuah teks yang lain. Koteks dapat pula berupa unsur teks dalam sebuah teks. Wujud koteks bermacam-macam, dapat berupa kalimat, paragraf, dan bahkan wacana. Koteks adalah semua unsur kebahasaan atau linguistik yang berperanan dalam menentukan makna sebuah wacana. Peranan koteks dalan sebuah wacana adalah mendukung atau memperjelas makna.
Contoh:
Aku tidak ingin bicara apa-apa lagi. Sudah cukup aku
mengangkat derajatmu.
Aku juga manusia biasa yang punya batas kekuatan. Cukuplah janji seindah syurga, penghianatan, kepalsuan, kata-kata keji dan fitnahmu kerap melukaiku Aku tidak ingin mengotori jiwa, hati, kata-kata dan perbuatanku karena meladeni ulahmu.
Aku juga manusia biasa yang punya batas kekuatan. Cukuplah janji seindah syurga, penghianatan, kepalsuan, kata-kata keji dan fitnahmu kerap melukaiku Aku tidak ingin mengotori jiwa, hati, kata-kata dan perbuatanku karena meladeni ulahmu.